LAMONGAN; Pondok Pesantren
Karangsawo Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur selama empat hari (30 Oktober
– 2 Nopember 2014) menggelar peringatan haul keempat Ki Darsono, tokoh penyebar
agama Islam di wilayah Paciran. Pada hari pertama dilaksanakan khotmil qur’an
bil ghoib yang melibatkan puluhan hafidz dan hafidhah, sore setelah khataman
diadakan ziarah ke maqbarah Ki Darsono. Hari
kedua dilaksanakan ijazah kubro keilmuan asmaul haq oleh KH. Ahmad Tarmuji dari
Ponorogo, hari kedua dilaksanakan manaqib kubro jawahirul ma’aniy, dan sebagai
puncak acara pada hari keempat digelar pengajian agama bersama KH. Muwaffiq
dari Yogjakarta. Dalam ceramahnya kyai nyentrik dengan rambut panjangnya itu
menyampaikan riwayat Ki Darsono alias Panembahan Tubagus Anom alias Kyai
Pucangsari yang berdakwah di kawasan pesisir utara Paciran. Beliau adalah
pengikut Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dari kesultanan Pajang. Untuk
menghindari konflik perebutan kekuasaan di Kesultanan Pajang, maka Sultan
Hadiwijaya melakukan pengembaraan bersama para pengikutnya. Kafilah Sultan
Hadiwijaya melakukan safari dengan rakit bambu menyusuri Bengawan Solo dari
Pajang (Salatiga) menuju ke arah timur (Madura). Dalam perjalanannya, kafilah
itu mengalami berbagai halangan yaitu dicegat siluman buaya. Namun berkat
kesaktian Sultan Hadiwijaya, siluman buaya tersebut dapat ditaklukkan. Tibalah
kafilah di Laren, untuk beberapa saat kafilah menetap di sana. Suatu hari,
Sultan Hadiwijaya dilapori warga bahwa di daerah pesisir utara Paciran terdapat
tiga murid Sunan Drajat yang berdakwah di Paciran namun malah ditolak oleh
warga setempat. Bahkan mereka dikejar-kejar warga, salah satu dari tiga murid
tersebut akhirnya dibunuh di hutan. Akhirnya, Sultan Hadiwijaya mengutus
pengikut setianya yang bernama Panembahan Tubagus Anom. Sebelum berangkat ke
Paciran, Panembahan Tubagus Anom membawa bibit jambu dersono yang konon
berkhasiat dapat meredam aura panas di sebuah daerah. Lebih lanjut, Gus
Muwaffiq yang juga Suriyah PWNU Yogjakarta ini berkisah, sebelum berdakwah,
Panembahan Tubagus Anom membagikan bibit jambu dersono tersebut kepada warga
Paciran. Dan akhirnya, warga memberi julukan kepada Panembahan Tubagus Anom
dengan julukan Ki Dersono / Ki Darsono (tokoh pembawa jambu dersono). Lambat
laun dengan kelembutan hati Ki Darsono akhirnya warga Paciran yang terkenal
keras hati dapat memeluk agama Islam. Sehingga kini Paciran menjadi pusat penyebaran
Islam di Lamongan. Untuk mengenang jasa-jasa Ki Darsono maka tidak ada salahnya
jika kini digelar peringatan haul beliau. Tak lupa Gus Muwaffiq juga menyentil
perilaku radikal jihadis ISIS asal Solokuro. Menurutnya, hal itu tidak
mencerminkan Islam rahmatan lil alamin. Ustadz Minhajul Abidin, Pengasuh Pondok
Pesantren Karangsawo Paciran bersyukur atas suksesnya acara haul.
“Alhamdulillah, animo masyarakat dalam mensukseskan acara haul keempat Ki
Darsono ini sangat luar biasa.”. Bahkan seribu undangan yang disebar panitia
masih kurang, terbukti saat pengajian agama, dua ribu warga antusias mengahidiri
acara tersebut dan tidak beranjak sampai acara selesai. Hadir dalam acara
tersebut Suriyah PCNU Lamongan, KH. A. Suhamdi Rowi, Kapolsek Paciran, AKP. H.
Ilham, SH. Mustasyar MWC NU Paciran, KH. Abdul Wahab Ismail, dan beberapa
Pengurus MWC NU Paciran lainnya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar