JAKARTA; Setelah menempuh
perjalanan selama dua belas jam (19/12) dari Lamongan naik kereta api ke
Jakarta akhirnya rombongan jamaah PP. Karangsawo Paciran Lamongan Jawa Timur
tiba di kantor Menko Perekenomian RI, Ir. M. Hatta Rajasa di Jalan Lapangan
Banteng Jakarta. Setelah mengikuti aturan protokoler menteri, rombongan yang
terdiri dari Kyai Minhajul Abidin dan lima santri linuwih PP. Karangsawo
Paciran itu kemudian diterima langsung oleh Hatta Rajasa. Sekitar lima belas
menit kemudian Hatta Rajasa harus bergegas ke Istana Negara menyambut
kedatangan PM Malaysia. Sebelum bergegas ke Istana, Hatta Rajasa meminta agar
rombongan PP. Karangsawo tetap berada di kantornya, namun hal itu tidak membuat
senang staf protokoler menteri. Setelah dijelaskan bahwa itu permintaan Hatta
Rajasa sendiri akhirnya staf tersebut mau mengerti. Akhirnya jamaah PP.
Karangsawo melakukan ritual pembersihan aura negatif di kantor tersebut.
Pada sore harinya rombongan
kembali diundang oleh Hatta Rajasa untuk hadir di rumah dinas beliau di
komplek Widya Chandra Jakarta. Rombongan
bergabung dengan jamaah dari Pamijahan Jawa Barat menggelar doa bersama di
sana. Mereka berdoa agar Hatta Rajasa dapat menjadi pemimpin yang amanah dan
istiqomah. Terjadi perbincangan yang menarik saat silaturrahim di rumah dinas
Hatta Rajasa, “Pak Yai, sebaiknya kita memilih kemuliaan atau dimulyakan?”
pertanyaan Hatta kepada Kyai Minhajul Abidin, Pengasuh PP. Karangsawo Paciran.
“Lebih baik memilih kemuliaan daripada dimulyakan, karena biasanya kalau kita
dimuliakan orang lain itu adalah semu,” jawab Kyai Abidin dengan lugas. Hatta
Rajasa dan para tamu lainnya dibuat termangu meresapi jawaban yang inspiratif
tersebut.
Pada malam harinya, rombongan
bergeser ke daerah Penjaringan, Jakarta Utara untuk berzirarah ke makam Habib
Keramat Luar Batang (Al-Habib Husein bin
Abu Bakar Alaydrus). Kesempatan itu tak disia-siakan oleh jamaah PP. Karangsawo
untuk kembali bermunajat kepada Allah SWT. Sebab mereka tetap harus melakukan
ritual munajat 40 malam dalam rangka menyongsong tahun baru 2014. Jadi, selama
perjalanan pulang-pergi Lamongan-Jakarta mereka tetap melakukan istighotsah di
atas kereta api.(*)
0 komentar:
Posting Komentar